Wednesday, December 29, 2010

Angkor Wat.

Angkor Wat. Wat berarti temple atau candi, sedangkan Angkor artiya kota. Mungkin disebut Angkor Wat karena Kota bangsa Khmer di pedalaman Indochina itu dijadikan Kota Candi. Terletak di Negara Kamboja, atau Cambodia, disebut Campuchea oleh bangsa Vietnam tepatnya di provinsi Siem Reap.
Bangunan Angkorwat ini memang besar banget, disusun dari batu seperti candi-candi pada umumnya, tetapi secara arsitektur Angkor Wat lebih pada sebuah kuil yang sangat besar. Heran juga aku, kok bisa-bisanya mereka di jaman itu, seribuan tahun lalu membuat bangunan sebesar dan seindah itu dari batu. Sayang, kualitas batu yang digunakan tidak bagus, tidak sekeras batu-batu di candi prambanan atau borobudur. Sudah seribu tahun lebih.. dan batunya mulai melapuk.
Pas mengunjungi Angkorwat dan sekitarnya, aku membayangkan sebuah kota seribu tahun lalu. Pasti sangat megah dan ramai. Ratusan ribu prajurit berjajar, para biksu dan ksatria burdampingan di kerajaan dan tentunya putri cantik dan gadis-gadis Apsara memenuhi istana. Sekarang tinggal sisa-sisa keemasan bangsa Khmer saja yang masih bisa dilihat.

Bagaimana aku bisa ke Angkor Wat?



Flash back ke beberapa waktu yang lalu.
Aku udah mulai bosen kerja di Huawei, akhirnya aku resign. Padahal pendapatanku di Huawei lumayan besar. Tapi ya, pingin resign aja. Dan akhirnya bulan juni 2010 resmilah aku resign, dengan beberapa puluh juta tabungan. Tabunganku tinggal puluhan juta saja, karena kupakai buat beli rumah di tempat yang sangat strategis. Rumah yang lumayan luas, 500 m2. Aku niatkan nganggur di Rumah selama bulan Romadhon kemaren dan akhirnya aku dapat pekerjaan di Bangkok Thailand setelah lebaran, alhamdulillah. Wah serasa liburan aja kupikir. Dan benar, kerjaanku di Bangkok, sangat santai. Aku masih kerja untuk Huawei, tapi huawei Thailand, dan pekerjaanku hanya jadi konsultan buat customernya Huawei Thailand, yaitu Tuemove, salah satu operator seluler yang mulai fokus ke layanan 3G. Dan setiap sabtu-minggu aku gunakan untuk jalan-jalan mengeksplore Thailand: Bangkok city, Sanamluang, Ayutthaya, dll. Sampai akhirnya tibalah saatnya visaku udah mau expired, akhirnya aku harus keluar dari thailand untuk dapat stemple visit and stay privilege (Diantara Negara Asean cuma Kamboja, Laos dan Myanmar saja yang harus ngurus visa bagi warga Indonesia, walaupun bulan Oktober 2010 lalu Kamboja dan Indonesia sudah melakukan perjanjian bebas visa, namun belum berlaku tahun ini).
Sejak pertama kali aku kerja dan sampai sekarang aku tidak pernah menggunakan uangku untuk bersenang-senang. Dan sampailah kepikiran juga untuk sedikit spend money. Setelah mengunjungi Saigon / Ho Chi Minh City bulan sebelumnya, akupun memutuskan untuk mengunjungi Angkor wat. Salah satu tempat yang punya kaitan sejarah dan masalalu dengan Majapahit maupun Mataram Hindu / Budha.
Enaknya berada di Bangkok adalah, bisa kemana-mana dengan murah. Aku bisa mendapatkan harga promo Airasia PP cuma 1,3 jutaan rupiah, dan itu pun di tanggung ama perusahaan yang mempekerjakanku, termasuk visa di Kamboja 20 USD dan airport tax di airport Phnomp Penh 25 USD plus taksi dan hotel (semalam saja), selebihnya aku bayar sendiri:
  • Bis dari Phnom Pehn ke Siemreap (5 Jam) 7 USD, bis dari Siem Reap ke Phnom pehn 7 USD (Paramount express malam jam 08.00).
  • Hostel di Siem Reap permalam 6 USD aku disuruh bayar 2 malam, padahal nginep 3 malam.
  • Tiket 3 Hari ke Angkor Archeological Park 40 USD.
  • Tuk-tuk buat keliling belasan candi di Siem Reap (Angkorwat, angkor thom, Bayon, Banteay Srei, Banteay Samre, Ta Prohm, Pre Rup dll) selam 3 hari 40 USD + tip 10 USD karena fotoin aku.
  • Makan 20 USD.
  • Keliling kota Phnom Penh, killieng Field jaman Pol pot, dll 20 USD.

Tuesday, December 28, 2010

Catatan perjalan di kamboja (Bangkok - Phnom Penh - Siem Reap)

Entah kenapa aku jadi terobsesi dengan kehidupan sejarah jaman Majapahit dan Mataram Hindu-Budha di Jawa. Dan aku merunut sejarah hubungan Mataram lama dan Majapahit ke negara tetangga termasuk sampai ke Siam, Champa, Sukhothai dan Khmer.

Serasa aku punya link ke masa lalu gitu. Akhirnya aku beruntung banget bisa kerja di Bangkok. Jadi aku manfaatkan hari-hariku di Bangkok untuk lebih mengenal sejarah dan budaya orang-orang Siam dan Champa. Bangkok adalah hub untuk ke semua negara di kawasan Indochina. Tentu saja aku terus-terusan kepingin ke Kamboja untuk melihat denga dekat sisa-sisa peninggalan kerajaan Khmer: Angkor Wat. Beruntung sekali hari kerjaku bisa aku negosiasikan dengan bosku, sehingga aku bisa liburan ke kamboja selama 6 hari, tiket pesawat, visa taxi dan hotel semalam dibayari oleh perusahaan. Mantab!

Indonesia dan kamboja sebenarnya sudah memiliki perjanjian bebas visa yang ditandatangani bulan oktober 2010 lalu oleh kedua mentri luar negri Indonesia dan kamboja, tapi pas aku kesana 17 Desember 2010 lalu, aku masih harus ngurus visa on arival di bandara Phnom Penh atau Bandar Udara Internasional Pochentong, sebesar 20 USD.

Kamboja emang negara yang aneh, miskin dan bedebu. Mata uang negara ini adalah Riel atau KHR. I USD sekitar 4200 Riel, anggap aja Rp.10.000 itu sama KHR 5.000. Namun kebanyakan uang Dolar amerika lah yang digunakan sedangkan mata uang Riel hanya untuk uang kembalian recehan dolar. Dimana-mana terutama hotel dan restoran, dipasang bendera dari negara-negara yang jadi segment mereka untuk menarik perhatian dan promosi. Selain itu banyak gedung-gedung yang dibangun atas bantuan negara lain.

Pesawat yang murah untuk ke kamboja adalah Airasia. Namun tidak ada yang dari Indonesia, kita harus ke Bangkok dulu atau ke Kuala lumpur untuk terbang ke Phnom Penh. Aku dapat tiket PP Bangkok-Phnom Penh sekitar 1.4 juta an. Perjalan udara kira-kira ditempuh selama 50 menit. Banyak sekali turis yang mengunjungi kamboja untuk melihat Angkor Wat yang gak kalah terkenalnya dengan candi Borobudur, Phuket, Pataya atau Bali sekalipun. Jutaan tourist ikut memberikan pemasukan yang sangat besar bagi Kamboja.

Dari Bangkok, kita bisa menempuh jalan darat ke kamboja naik kereta menuju Poipet. Setelah itu naik tuk-tuk atau ojek atau taxi ke perbatasan Thailand-Kamboja trus dari perbatasan kamboja bisa sewa taxi ke Siem Reap, propinsi dinama Angkorwat berada. Ada juga penerbangan dari Bangkok ke Siem Reap dengan Bangkok Airways (atau airlines?). Tapi aku nggak memilih kedua cara itu karena jalan darat juga melelahkan dan butuh perjuangan, selain juga memakan waktu lama, sedangkan naik Bangkok airways, mahal sekali. Jadi pilihannya adalah dari Bangkok ke Phnom Penh. Sebenarnya aku cuma punya waktu 2 hari untuk ke Kamboja, tapi dasarnya aku ini selalu berusaha mendapatkan apa yang aku inginkan, akhirnya aku nego ama project director clientku agar aku bisa dapat cuti sampai 6 hari. Dan dikabulkan. Hehe... mantab, mantab deh..

Dengan waktu enam hari itu aku bisa merencanakan perjalanan yang panjang dan berpuas diri di Angkorwat. Jadi, rencanyanya adalah jumat 17-12-2010 aku bilang bos ku aku dapat pesawatnya jam 3 sore, hari itu hari jum’at, jadi kalau akau sholat jumat di dekat kantor aku bakal telat ke airport. Akhirnya aku diizinkan meninggalkan kantor jam 11 pagi langsung ke Airport Suvarnabumi, sholat Jum’at disana. Dan sampailah aku ke Phnom Pehn. Rencananya aku mau nginep semalam ke Phenom Penh, tapi karena ternyata ada bis malam ke Siem Reap, akhirnya aku berangkat juga malam itu. Tapi sore sebelumnya aku janjian ketemu dengan pak Alim, seniorku di STT Telkom dan alumni XL yang kerja jadi Head of Operation and Maintenance Beeline (operator 3G) di Kamboja, kita ngobrol-ngobrol dan makan malam di rumah makan padang milik orang padang beneran :) . 

Di Siem reap aku sudah booking hostel seminggu sebelumnya lewat http://www.hostelbookers.com/ jadi walaupun perjalanan Phnom Penh – Siem Reap hanya ditempuh 5-6 jam dan nayampenya juga jam 01.30 malam aku nggak perlu khawatir. Tinggal telpon dan ke hostel, beres. Oh ya hostel yang aku rekomendasikan adalah Palm Garden Lodge alamatnya Soksan Street, Svay Dongkum, Siem Reap, 855, Cambodia (855)12 687 372 / (855)63 966 496, palm_garden@hotmail.com. Oh ya bis di Kamboja yang terkenal adalah Mekong Express harganya 10 USD, GST express dan paramount express masing-masing 6 USD. Kalau beli tiket langsung saja ke agennya, jangan minta sopir taxi nganterin kita ke agen bis itu karena harganya bisa jadi 10 UAD yang dari 6 USD dan jadi 15 USD yang dari  10 USD. Waktu itu aku pakai Paramount express.

Monday, December 27, 2010

Angkor Wat Mantab Banget

Nyampe Siem Reap jam 02.00 tidur jam 03.00 bangun jam 06.00 sholat Subuh tidur lagi sampai jam 8. Mandi, makan dan ngobrol ama pemilik hostel, merencanakan jalan-jalan di angkorwat, ketemu supir tuk-tuk, si Salim dan berangkatlah aku ke Angkorwat. Kalau seneng, nggak pernah namanya ngantuk dan capek :)

Di Bangkok ada week end market namanya Chatuchak Market. Buka kalau hari sabtu and minggu saja. Ada banyak barang dijual souvenir, makanan, minuman, sandal, sepatu, kaos, baju, lukisan, kucing, anjing, buku dll. Nah yang terakhir itu paling banyak menyita waktuku kalau kesana. Toko buku di Chatuchak itu bikin aku tambah geregetan karena jual buku tentang angkorwat yang tebal original dan mahal. Udah berkali kali aku tawar nggak boleh juga. Bukunya udah aku beli akhirnya, tapi belum semuanya aku baca, baru aku lihat-lihat gambarnya saja.

Angkorwat sangat membuatku takjub. Walaupun dari seni, relief, bentuk dan keindahannya masih indah Prambanan dan Borobudur, tapi Angkorwat ini sangat luarbiasa dilihat dari pencapaian pembangunan kuil yang begitu besarnya dari kira-kira seribu tahun yang lalu. Ini seperti sebuah rumah yang sangat besar banget, tinggi dan terbuta dari susuan batu. Di teras bagian luar dari bagunan utama ada dinding yang penuh dengan relief mahabarata dan ramayana. Benar-benar manifestasi dan intepretasi sebuah dunia yang ada di mahabarata dan ramayana. 

Kalau kita masuk lebih dalam lagi maka akan ada ruang-ruang yang ditengahnya seperti sebuah kolam. Aku nggak tau dulu emang kolam apa nggak. Dan bangunannya itu benar-benar besar banget. Banyak lorong dan tiang-tiang dari batu. Dan dibagian puncak ada ruangan terbuka dan ada candi yang sangat tinggi. Kalau kita naik dan masuk kedalamya, masih ada ruangan terbuka lagi dan candi yang paling tinggi. Wuih, duduk disitu serasa enak banget. Pokoknya aku nggak bisa ngebayangin jaman dulu kehidupannya kayak apa. Dan rajanya itu sekaya apa, bagaimana membangunnya dll..

Umur angkorwat mungkin lebih tua dari borobudur, kalau gak salah sih, soalnya pas di banteay Srey aku lihat time table angkorwat dan borobudur masih tuaan Angkorwat. Pelapukan di Angkorwat sangat banyak terjadi. Selain karena kualitas batu yang digunakan tidak sekeras batuan di Prambanan atau borobudur (menggunakan batuan sendimen) juga karena umurnya sudah seribu tahun lebih.

Dinding-dinding angkorwat yang paling banyak hiasannya ya bagian teras terluar, yang isinya penggambaran perang barathayuda, Sri Kresna, Ramayana dan Mahabarata. Sedangkan disi lain seperti kanan kiri pintu masuk, atau di sekitar cendela, dan tiang-tiang banyak dijumpai relief penari Apsara. Aku sebenranya pingin lihat tarian Apsara ini, sejak seribu tahun lalu sampai sekarang masih ada. Entah yang sekarang itu sama dengan yang ditarikan dulu atau tidak yang jelas penggambarannya di angkorwat dan candi-candi lainya menunjukkan bahwa tarian Apsara selain, mungkin, sakral pasti juga sangat menarik, karena isinya cewek seksi dan cantik-cantik. Apsara, nggak tau asal kata itu dari mana, mungkin dari bahasa sansekerta yang kemudian di jawa menjadi Hapsari. Arti kata hapsari menurut simbahku adalah bidadari. Nah kalau yang menari para bidadari, wow betapa cantiknya..

Sunday, December 26, 2010

Nyampe di Siem Reap (Angkor Wat)

Paramount express lumayan bagus menurutku, kalau dibandingkan dengan bis eksekutif Jakarta-Solo atau Jogja-Surabaya kira-kira samalah. Aku berangkat dari Phnom Penh jam 08.00 malam, setelah makan malam ama pak Alim. Sepanjang jalan aku lihat kamboja itu benar-benar miskin. Rumah-rumah penduduknya hampir semuanya semi permanen terbuat dari kayu, modelnya seperti rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga dari kayu sebagian ada yang dari semen. Tapi herannya, mereka itu hampir semuanya bisa bahasa inggris, bahkan anak-anak umur 6-7 tahun pun bisa, walaupun untuk sekedar menawarkan dagangan dan menolak untuk ditawar dengan harga yang jauh lebih rendah. Kalau aku tanya, bisa bicara pakai bahasa inggris belajar dari mana, mereka rata-rata menjawab belajar dari turis.

Sampai di Siem Reap jam 02.00 dini hari, hari sabtu. Jangan dibayangkan ibukota propinsinya itu segede Semarang, Surabaya atau bahkan segede Solo, Siem Reap itu benar-benar kota kecil, mungkin sebesar kota kabupaten di pulau Jawa. Hanya jalan utama dan sekitarnya saja yang ada bangunan lumayan besar, sedangkan sisanya, wuih.. ndeso banget. Jalanan kampung masih tanah merah berdebu, rumah penduduk kebanyakan dari kayu dan agak kotor. Aku pokoknya mo turun di tempat pemberhentian terakhir bis yang aku tumpangi itu. Ternyta masih ada juga penumpang lain yang juga sama seperti aku, turun di tempat terakhir pemberhentian bis. Dan tempat terakhir pemberhentian bis itu adalah.. dreng dheng... bukan di halte atau di terminal melainkan di markas bis paramount ekspress di garasinya.. haha.. parah banget.

Di garasi bis paramount itu ternyata sudah berkumpul tukang ojek dan tukang tuk-tuk. Mereka dengan lancar berbahasa inggris menawarkan ojeknya tau tuk-tuknya, bahkan ada yang mau mencarikan tempat nginap. Ibu-ibu dan anaknya cewek yang semalaman duduk di kursi sebelah kiri baris sebelahku selama dari Phnom Penh ke Siem Reap itu juga menawarkan rumahnya sebagai gueshouse.. hihi... Menurut beberapa referensi dan juga berdasarkan email dari hostel yang sudah aku booking sebelumnya, aku bisa dijemput sama supir tuk-tuk mereka atau kalaupun nggak ada yang jemput aku bisa naik tuk-tuk atau ojek dengan ongkos 2 dolar. Yau dah, aku telpon hostel itu dan resepsionisnya nggak bisa menemukan supir tuk-tuk atau ojek yang available. Akhirnya ngojeklah aku ke hostel itu sekitar 15 menit, bayar 2 Dolar amerika. Sampai hostel itu, hm.. emang bener kata pemberi referensi di hostelbooker.com emang murah 6 USD permalam udah seperti wisma MM UGM seharga 200.000, bersih dan nyaman. Keesokan harinya kulihat banyak bule dan anak-anak China daratan nginep disana.

Paginya aku ngobrol ama pemilik hostel itu, orang kamboja asli entah Khmer entah Champa entah China. Orangnya seperti orang Indonesia, tapi bisa bahasa inggris lancar walau grammarnya kacau dan dia juga bisa bahasa China. Di cerita kalau orang-orang bawahannya itu heran kok ada orang kamboja nginep di hostelnya hehe.. mereka mengira aku ini orang Kamboja, hm... iya sih, kalau aku lihat emang nggak beda antara orang Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam.. same same kata mereka, haha... dulu di Vietnam aku dikira orang Vietnam, ketika mo balik ke Bangkok, ketemu orang Thailand di Bandara Ho Chi Minh city aku diajak ngobrol thai.. di kamboja juga di ajak ngobrol kamboja.. mukaku emang universal haha..

Ngobrol dengan dia tu bikin aku kagum aja. Sebelumnya dia ngobrol ama bule, aku sempat nguping. Intinya dia tau yang diinginkan tamunya. Termasuk keinginanku, dia bilang kalau dia dapat informasi dari anakbuahnya aku mau menikmati angkorwat 3 hari. Lalau diperkenalkanlah aku dengan Salim, supir tuk-tuk asli Kamboja, katanya keturunan Champa dan pernah kerja di Malaysia 3 tahun dan bisa berbicara bahasa Malay alhamdulillah dia islam. Dia aku buatkan blog juga lho, biar ada yang make jasa dia. Coba lihat http://angkor-tuktukservice.blogspot.com/. Aku keliling dengan dia selam 3 hari di Siem Reap dan aku minta dia ikut aku kemana saja untuk memotret aku. Hehe..